One day Change My Life
Jika aku mati apakah
orang akan melupakanku? Jika iya, apakah aku akan sedih di alam sana? Mungkin
iya. Maka dari itu aku akan mengubah hidupku lebih dikenang bagi orang yang
kusayangi. Seketika kuberhenti berpikir dan bertanya kembali kepada diriku
siapa orang yang kusayangi? Orang tua? Kekasih? Pikirku terus berlanjut hingga
akhirnya aku tidak bisa memikirkanya.
Oh ya perkenalkan namaku Amiru Arin.
Aku seorang penyendiri yang tidak suka bersosialisasi dengan orang disekitarku.
Kedua orang tuaku sudah tiada sejak aku masuk kuliah, mereka meninggalkanku
karena sebuah kecelakaan. Dan dari itu aku tinggal sendiri, dan semua harta
yang dari kedua orang tuaku cukup untuk menjalani hidupku hingga tua.
Sekarang aku adalah mahasiswa di
universitas swasta di daerah bandung. Aku tinggal dibandung dan tidak punya
saudara dekat di bandung. Aku hidup mandiri sendiri, karena jika aku tidak
mandiri, aku tidak akan bisa menjalankan kehidupan ini setelah apa yang terjadi
kepadaku disaat masuk perkulihan, yang membuatku merasa hampa. Dan kenapa aku
tetap ingin hidup? Mungkin aku ingin mecari kebahagiaan yang belum pernah aku
dapatkan saat ini.
********
Dihari pertama ngampus. Aku mencari
dimana kelasku yang tidak kutemukan padahal sudah terlambat lima belas menit
sambil ku melihat jam dipergelangan tangan kiriku.
Aku
bertanya kepada seseorang wanita yang kupikir dia merupakan senior dikampus ini
“Ka maaf ganggu, mau nanya ruang 52e dimana ya?”
kubertanya dengan wajah buru-buru.
“oh 52e itu ada banner kampus belok kiri”
dengan cepat aku bergegas mengikuti petunjuk yang diberitahu wanita tadi, tanpa bilang terima kasih aku terlupa.
“Ka maaf ganggu, mau nanya ruang 52e dimana ya?”
kubertanya dengan wajah buru-buru.
“oh 52e itu ada banner kampus belok kiri”
dengan cepat aku bergegas mengikuti petunjuk yang diberitahu wanita tadi, tanpa bilang terima kasih aku terlupa.
********
Disaat didepan ruang 52e aku melihat
dari kaca pintu yang bisa melihat kedalam. Aku melihat untuk mencari tahu
apakan sudah masuk atau belum. Setelah kulihat ternyata sudah ada dosen yang
mengajar matkul pagi ini. Keketuk pintu serta kuberi salam. Semua orang melihatku
dan juga dosennya dan menjawab salam. Seketika badanku ingin duduk langsung
tapi terhenti karena dosenya menegurku.
“ ya, kamu yang baru masuk kesini dulu”
dengan mendengar suara dosen tersebut aku menghampirinya.
“ya teman-temanmu kan udah perkenalan, sekarang giliranmu. Namamu siapa?”
“Amiru Arin bu”
“Kenapa kamu Kuliah dikampus ini?”
“Karena dekat dari rumah”
“hmm ok, alesan yang berbeda dari yang lainya. Silahkan duduk”
kemudian ku duduk dipojok dimana sewajarnya aku duduk.
“hai Arin..”
suara yang lembut memanggilku dari samping kursiku yang berlainan arah dengan tembok.
“hai..”
dengan kusaut tanpa melihat wajahnya. Karena aku menggambil binder dari tasku yang sudah tua. Walaupun sudah tua itu pemberian ibu maka dari aku selalu memakainya.
“kenapa kamu telat?”
kedua kalinya kemendengar suara lembut itu dan ku melihat orang yang menanyaiku pertanyaan itu. Dengan terkejut kenapa bidadari berada disampingku. Aku terdiam memandangi wajahnya yang indah bagaikan bunga melati yang berjatuhan.
“ ya, kamu yang baru masuk kesini dulu”
dengan mendengar suara dosen tersebut aku menghampirinya.
“ya teman-temanmu kan udah perkenalan, sekarang giliranmu. Namamu siapa?”
“Amiru Arin bu”
“Kenapa kamu Kuliah dikampus ini?”
“Karena dekat dari rumah”
“hmm ok, alesan yang berbeda dari yang lainya. Silahkan duduk”
kemudian ku duduk dipojok dimana sewajarnya aku duduk.
“hai Arin..”
suara yang lembut memanggilku dari samping kursiku yang berlainan arah dengan tembok.
“hai..”
dengan kusaut tanpa melihat wajahnya. Karena aku menggambil binder dari tasku yang sudah tua. Walaupun sudah tua itu pemberian ibu maka dari aku selalu memakainya.
“kenapa kamu telat?”
kedua kalinya kemendengar suara lembut itu dan ku melihat orang yang menanyaiku pertanyaan itu. Dengan terkejut kenapa bidadari berada disampingku. Aku terdiam memandangi wajahnya yang indah bagaikan bunga melati yang berjatuhan.
“hey kok ngelamun..”
“eh maaf, ya aku tadi kesiangan jadinya telat deh”
“hee… emang nggak ada yang bangunin kamu?”
“gk ada, hehehe”
Dengan perbincangan sederhana aku
menanyai namanya. Namanya adalah Annisa Lestari Putri. Aku sadar inikah rasanya
bersosialisasi yang menyenangkan baru pertama kalinya aku berbicara sesenang
ini.
********
Setalah matkul pertama selesai aku
bergegas pulang untuk menggambil dompetku yang tertinggal dirumah. Dengan tanpa
basa-basi meninggalkan kelas yang ramai karena sedang perkenalan satu sama
lain. Karena menurutku itu tidak terlalu penting dibandingkan dompet yang ingin
kugunakan untuk membeli makan siang. Dengan melintasi koridor. Ada yang manggil
namaku “Arin!!” . dengan suara yang lembut yang kukenal aku menoleh dari
kesuara tersebut. Dan yang kulihat Annisa yang memanggilku. Dengan membawa tas
Annisa menghampiriku dan bertanya.
“mau kemana Rin, kok buru-buru?”
Rin panggilan yang baru untukku diucapkan Annisa
“mau pulang sebentar ngambil dompet yang ketinggalan dirumah”
“oh iya rumahmu kan deket kampus, aku ikut dong sekalian main-main” ucapnya dengan wajah seperti memohon.
“hmm yaudah yuk”
Rin panggilan yang baru untukku diucapkan Annisa
“mau pulang sebentar ngambil dompet yang ketinggalan dirumah”
“oh iya rumahmu kan deket kampus, aku ikut dong sekalian main-main” ucapnya dengan wajah seperti memohon.
“hmm yaudah yuk”
baru kali ini aku mengajak seorang teman kerumahku ntah kenapa aku mengajaknya ikut kerumahku. Ada yang berbeda darinya dari teman-temanku yang pernah kukenal saat berkenalan denganku.
Dengan berjalan kaki. Kami kerumahku
yang tua, karena inilah peninggal satu-satunya dari orangtuaku yang harus
kujaga. karena banyak kenangan mereka
yang tidak dapat kulupakan.
yang tidak dapat kulupakan.
********
Tiba
dirumah ku yang sepi tanpa penhuni ini aku sudah terbiasa akan suasana ini
kesendirian ini. saat didepan teras rumahku mempersilakan Annisa untuk duduk sebentar
didepan, dikursi tua yang biasanya ayahku membaca koran dipagi hari.
“aku ngambil dompet dulu ya”
“ok..”
kemudian aku masuk dan sebelumnya kumelihat Annisa yang sedang melihat rumahku dengan wajah penasaran. Walaupun begitu aku lekas mencari dompetku. Setelah kutemukan aku menawarkan minuman layaknya tuan rumah menjamu tamunya.
“ok..”
kemudian aku masuk dan sebelumnya kumelihat Annisa yang sedang melihat rumahku dengan wajah penasaran. Walaupun begitu aku lekas mencari dompetku. Setelah kutemukan aku menawarkan minuman layaknya tuan rumah menjamu tamunya.
“Annisa mau minum dulu?”
“bolehdeh..”
“mau minum apa?”
“apa aja asalkan yang dingin ya..”
“bolehdeh..”
“mau minum apa?”
“apa aja asalkan yang dingin ya..”
Dengan mendengar permintaanya aku
langsung berpikir untuk membuatkanya esteh yang manis seperti wajahnya. Dengan
cepat aku juga membuat minuman untukku dan membawanya keteras.
“yap, ini minumnya..”
“terima kasih” dengan senyumnya yang manis
“eh Rin kalau boleh tau kok rumahmu sepi deh, orang tuamu kemana?”
seketika diriku lemas, seakan pertanyan tersebut adalah anak panah yang menembus jantung ini.
“terima kasih” dengan senyumnya yang manis
“eh Rin kalau boleh tau kok rumahmu sepi deh, orang tuamu kemana?”
seketika diriku lemas, seakan pertanyan tersebut adalah anak panah yang menembus jantung ini.
Sebelum menjawab aku duduk dikursi
samping meja yang kuletakan minuman tesebut.
“sebenarnya orang tuaku sudah
meninggal, aku tinggal sendiri disini”
dengan tersenyum aku menutupi kesedihanku yang mendalam.
“eh maaf banget Rin, aku gk tau”
“ya, gapapa”
“maaf kalau boleh tau, kamu tinggal sendirian?”
“iya”
“gak ada yang ngurus kamu?” dengan nada penasaran yang tinggi
“gak ada” dengan nada lemah kujawab
“trus kamu punya saudara bisa ngurus kamu?”
dengan perlahan kumenatap wajahnya yang merasa prihatin kepadaku. Dan kemudian aku tidak mengetahui bahwa airmata keluar melintasi pipiku.
dengan tersenyum aku menutupi kesedihanku yang mendalam.
“eh maaf banget Rin, aku gk tau”
“ya, gapapa”
“maaf kalau boleh tau, kamu tinggal sendirian?”
“iya”
“gak ada yang ngurus kamu?” dengan nada penasaran yang tinggi
“gak ada” dengan nada lemah kujawab
“trus kamu punya saudara bisa ngurus kamu?”
dengan perlahan kumenatap wajahnya yang merasa prihatin kepadaku. Dan kemudian aku tidak mengetahui bahwa airmata keluar melintasi pipiku.
Ehhh kok aku nangis. Dengan cepat
Annisa mengelap air mataku. Dan ku terdiam melihatnya yang seakan hati yang
hampa terisi akan hadir dirinya yang kuanggap lain. Karena aku baru pertama
kali merasakan rasanya seperti ini.
“Annisa aku mau cerita sama kamu,
kamu mau tidak dengerin ceritaku?”
“ya aku akan dengerin kok” dengan senyumnya yang manis seakan ia ingin sekali mengetahui apa yang akan kuceritakan.
“ok terima kasih, sebenernya aku tuh orang yang gak pernah cerita tentang diriku atau duniaku sendiri kepada orang lain. Karena semua ini membuatku lemah akan kesendirian ini. aku tau orang gak akan bisa berjuang tanpa bantuan orang lain. Maka dari itu aku minta bantuanmu dengan mendengarkan cerita ini”
dengan begitu aku menceritakan semua hidupku yang sangat hampa tanpa adanya orang tua, disaatku menjalani kehidupan yang sedih ini memngingat tanpa adanya bantuan dari siapapun. Setelah mendegar ceritaku Annisa pun meneteskan airmata karena dia tahu kehilangan orang tua dan harus tetap menjalani hidup sendiri itu tidak mudah tanpa bantuan siapapun.
“Amiru Arin, setelah mendengar ceritamu aku semakin yakin bahwa kamu itu orangnya kuat dalam menjalani hidup. Tapi kamu nggak akan bisa melakukan semua yang dikehidupan ini sendirian. Maka dari itu aku akan membantu mu”
“ya aku akan dengerin kok” dengan senyumnya yang manis seakan ia ingin sekali mengetahui apa yang akan kuceritakan.
“ok terima kasih, sebenernya aku tuh orang yang gak pernah cerita tentang diriku atau duniaku sendiri kepada orang lain. Karena semua ini membuatku lemah akan kesendirian ini. aku tau orang gak akan bisa berjuang tanpa bantuan orang lain. Maka dari itu aku minta bantuanmu dengan mendengarkan cerita ini”
dengan begitu aku menceritakan semua hidupku yang sangat hampa tanpa adanya orang tua, disaatku menjalani kehidupan yang sedih ini memngingat tanpa adanya bantuan dari siapapun. Setelah mendegar ceritaku Annisa pun meneteskan airmata karena dia tahu kehilangan orang tua dan harus tetap menjalani hidup sendiri itu tidak mudah tanpa bantuan siapapun.
“Amiru Arin, setelah mendengar ceritamu aku semakin yakin bahwa kamu itu orangnya kuat dalam menjalani hidup. Tapi kamu nggak akan bisa melakukan semua yang dikehidupan ini sendirian. Maka dari itu aku akan membantu mu”
Dengan mendengar ucapannya aku
merasa sangat bahagia, seakan ini adalah kebahagianku yang baru, dan membuat
kesedihanku hilang begitu saja.
“Aku pernah berpikir disaat kedua
orang tuaku telah tiada. Aku sempat berpikir jika aku mati, apakah orang akan
melupakanku? Menurutmu apakah iya?”
“tidak Rin aku takan melupakanmu, dan sekarang kau jangan berpikir seperti itu lagi”
“aku tidak memikirkan itu lagi. Yang kupikirkan sekarang untuk mengubah hidupku menjadi lebih baik, tapi untuk siapaku tunjukan itu semua?”
“untuk orang tuamu Rin yang sudah tenang disana, mereka akan selalu melihatmu berjuang menjalani hidup ini, mereka pasti akan bangga”
“tetapi aku tidak bisa melihat senyumnya mereka lagi”
“hmm ok, kalau kan ingin melihat senyuman mereka buatlah orang disekitarmu tersenyum, maka dari itu orang tuamu akan tersenyum juga”
“tetapi hanya kau orang disekitarku yang menganggapku ada”
dengan mendengar ucapanku Annisa terseyum dan mengucapkan sebuah kalimat
“Jika kau ingin hidupmu berubah lebih baik, dan kau ingin menunjukannya keseseorang ,maka aku akan bersedia menantinya Amiru Arin”
“tidak Rin aku takan melupakanmu, dan sekarang kau jangan berpikir seperti itu lagi”
“aku tidak memikirkan itu lagi. Yang kupikirkan sekarang untuk mengubah hidupku menjadi lebih baik, tapi untuk siapaku tunjukan itu semua?”
“untuk orang tuamu Rin yang sudah tenang disana, mereka akan selalu melihatmu berjuang menjalani hidup ini, mereka pasti akan bangga”
“tetapi aku tidak bisa melihat senyumnya mereka lagi”
“hmm ok, kalau kan ingin melihat senyuman mereka buatlah orang disekitarmu tersenyum, maka dari itu orang tuamu akan tersenyum juga”
“tetapi hanya kau orang disekitarku yang menganggapku ada”
dengan mendengar ucapanku Annisa terseyum dan mengucapkan sebuah kalimat
“Jika kau ingin hidupmu berubah lebih baik, dan kau ingin menunjukannya keseseorang ,maka aku akan bersedia menantinya Amiru Arin”
Dengan begitu satu hari ini mengubah
hidupku menjadi lebih berarti. Karena kedatangan seseorang didalam kehidupanku
yang kosong tanpa ada rasa kasih sayang. Aku akan memberikan semua kehidupanku,
semua pemikiranku, semua perasaan ini untuknya. Karena dia satu-satunya orang
yang berarti buatku sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar